Fiat Voluntas Tua

Ready ..Set.. Go (Rm R. Maryono, SJ)

| 0 comments

Hendaknya kalian selalu siap sedia (Mat 24:42-51)– Peringatan St Agustinus

Pada suatu ketika, demikian Henri J.M Newman menulis dalam bukunya “Diambil Diberkati Dipecah Dibagikan”, Fred temannya datang dan mengatakan kepadanya, “Berbicaralah kepada kami mengenai suatu visi yang lebih luas daripada cakrawala hidup kami yang selalu berubah dan mengenai suara yang lebih dalam daripada hiruk pikuk media massa. Ya, berbicaralah kepada kami sesuatu atau seseorang yang lebih besar daripada diri kami sendiri. Berbicaralah kepada kami mengenai … Allah.” (hal. 38).
Newman merenung untuk menanggapi permintaan Fred sahabatnya dan bertanya kepada dirinya sendiri, ”Apa yang kiranya dapat saya katakan kepada orang hidup di tempat seperti ini dengan irama hidup seperti ini? Apa yang kiranya dapat saya katakan kepada dunia dengan taksi-taksi yang melaju kencang, menara-menara kantor yang menjulang tinggi dan perdagangan yang terus berlangsung siang dan malam?”(hal. 40)

Melihat permintaan Fred dan renungan Newman, rasanya menarik kalau kita juga melihat situasi kita saat ini. Kita melihat kekerasan dan korupsi ada di mana-mana. Manusia rasanya tidak ada harganya lagi terutama kalau orang sudah mulai berlomba mengejar jabatan dan kekayaan. Bicara mengenai Allah,
rasanya tidak relevan lagi.

Pada waktu saya masih belajar di tingkat SLTA (1975), Pak Guru Seni Suara mengajariku sebuah tembang Macapat (Maaf, ini mungkin eksklusif bagi orang Jawa) yang diambil dari Serat Kalatidha tulisan Raden Ngabehi Ranggawarsita. Salah satu bait tembangnya berbunyi:

Amenangi jaman édan
ewuh-aya ing pambudi
mèlu édan nora tahan
yèn tan milu anglakoni
boya keduman mélik
kaliren wekasanipun
dilalah karsa Alah
begja-begjané kang lali
luwih begja kang éling lawan waspada

Menyaksikan zaman gila,
serba susah dalam bertindak
ikut gila tidak akan tahan,
tapi kalau tidak mengikuti (gila),
tidak akan mendapatkan bagian,
kelaparan pada akhirnya,
namun telah menjadi kehendak Allah,
sebahagia-bahagiany a orang yang lalai,
akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.

Pada jaman edan seperti itu kita akan menjadi seperti Fred. Tiap hari, Ia meninggalkan apartment-nya pagi-pagi benar dan hanyut di tengah-tengah orang banyak di jalan menuju tempat kerjanya, membaca koran di kereta bawah tanah dan bekerja untu satu koran keuangan di ruang kerjanya yang sempit,  makan siang dengan seorang temannya di suatu restoran yang ramai, dan menggunakan waktu sore hari untuk melayani telepon dan fax yang amat banyak, lalu hanyut dikerumunan orang banyak untuk pulang ke tempat tinggalnya.( hal. 40). Hidup Fred kering dan miskin makna. Ditambah lagi oleh situasi seperti yang digambarkan oleh Ranggawarsita di atas. Kita menjadi tidak peka terhadap yang baik dan yang buruk, yang nyata dan yang semu, suara roh baik dan suara roh jahat. Kita semua merindukan kebahagiaan tetapi tidak lagi mengenal di mana letak kebahagiaan yang sejati.

Teman-teman, he he he lagi-lagi Jawa, Sunan Mangkunegara IV menulis serat Wedhatama. Saya kutipkan dua bait syair tembangnya yang dinyanyikan dalam kidung Kinanti:

Padha gulangen ing kalbu
Ing sasmita amrih lantip
Aja pijer mangan nendra
Kaprawiran den kaesti
Pesunen sariranira
Cegah dhahar lawan guling

Latihlah batinmu
Agar peka menangkap tanda-tanda
Jangan cuma makan tidur
Jujunglah semangat perwira
Kendalikanlah tubuhmu
Kurangilah makan dan minum

Dadiya lakunireku
Cegah dhahar lawan guling
Lawan aja sukan-sukan
Anganggoa sawatawis
Ala wateke wong suka
Nyuda prayitnaning batin

Jadikanlah matiragamu
Mengurangi makan dan tidur
Dan jangan cuma bersenang-senang
Pakailah secukupnya (dalam bahasa Latin tantum quantum)
Buruklah watak orang yang suka bersenang-senang
(itu semua akan) Mengurangi kewaspadaan batin.

====================================================================

Bacaan Mat 24:42-51

24:42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
24:43 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.
24:44 Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.”
24:45 “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?
24:46 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
24:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.
24:48 Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya:
24:49 Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk,
24:50 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya,
24:51 dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.