Fiat Voluntas Tua

Cespleng, Tokcer

| 0 comments

“Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja”

Saat bertemu kawan lama saat reuni ternyata pada sibuk kasak kusuk cari tahu tentang sekolah terbaik untuk anak-anaknya. Mereka saling tanya bagaimana pendidikan dan suasana di kampus ini dan itu, termasuk juga yang di luar negri. Umumnya mereka tanya apa lulusannya bisa mudah dapat pekerjaan dsb. Anehnya rata-rata tidak merekomendasikan almamaternya sendiri dengan berbagai alasan. Kualitasnya sudah tidakseperti dulu lagi, gak yakin apa anaknya juga cocok dsb. Akhirnya memang semua orang tua yang peduli pendidikan berusaha mencari tempat yang cespleng, yang tokcer. Pokoknya yang mampu memberikan solusi pendidikan terbaik, bisa cepat selesai, sesuai kantong dan sesuai harapan. Pengertian “Terbaik” akhirnya menjadi relatif dan bisa subyektif karena kita sendiri sering sulit menjabarkannya.

Membaca sajuta nya majalah HIDUP # 32 tentang eksistensi pendidikan novisiat klerikal di tengah gemerlapnya dunia, menjadi oase ditengah semakin muramnya dunia pendidikan di negara tercinta ini. Melihat gambar sampulnya saja sungguh memberikan keteduhan di hati. Kok masih ada ya generasi MTV yang mau jadi imam? Walaupun jumlahnya menurun tapi tetap ada daya tarik tersendiri untuk orang muda mau masuk menjadi novisiat.

Beberapa hari ini saya sempat bersama-sama dengan beberapa frater yang mengikuti pelatihan kepemimpinan kristiani. Rata-rata mereka mengambil jalan hidup ini karena terpesona dengan para pastor di masa kecilnya. Saya bisa merasakan nilai-nilai yang mereka pegang teguh dari para seniornya. Tentu saja saya berdoa bagi mereka ini agar bisa bertahan sampai pada pentahbisan dan setia sampai akhir. Tapi kalaupun memutuskan lain, nilai-nilai yang mereka telah dapatkan tidak bisa hilang begitu saja dalam kehidupan mereka. Inilah yang menjadikan mereka bibit-bibit unggul yang menghidupi nilai-nilai tarekatnya.

Rupanya inilah yang perlu dicari dan digali dari berbagai institusi katolik. Pergantian pengurus tidak serta merta disertai dengan pemahaman akan nilai-nilai luhur yang tetap dipelihara dan ditularkan pada anak didiknya. Sehingga image sekolah/universitas katolik itu beralih menjadi terkesan mahal sementara mutunya tidak sebaik dulu. Sebenarnya masih banyak orang yang mengharapkan bisa mendapatkan yang terbaik di sekolah/universitas katolik. Tapi kalau tidak berhasil dalam memelihara nilai-nilai yang menjadi ciri khas semangat pelayanan tadi, maka apa bedanya dengan sekolah/universitas lainnya? Harusnya yang membedakan adalah terpelihara nya nilai-nilai spiritualitas para pendirinya, persis seperti tempat pendidikan novisiat yang tetap memelihara nilai-nilai spiritualitasnya selama puluhan tahun.

Kalau saja nilai-nilai spiritualitas kristiani dipelihara seperti biji sesawi, ditumbuh kembangkan senantiasa dan dipelihara serta dihidupi para pembina dan pengurusnya, tentunya akan menghasilkan siswa didikan yang juga ikut memelihara nilai-nilai luhur tersebut. Kemanapun merea berkarya bahkan sampai tua, nilai-nilai tersebut tetap mereka pertahankan.

Maka kalau saat ini orang tua katolik kurang percaya pada sekolah/universitas katolik lagi, rasanya kita harus memeriksa diri kembali. Apa yang kita kejar sebenarnya? Gengsi karena bisa memasukkan anak ke sekolah mahal? Apakah kita sendiri tidak menyadari nilai-nilai apa yang kita tanamkan pada anak-anak kita agar mereka meneruskannya? Disisi lain, sebagai pengelola yayasan pendidikan/kesehatan bahkan ormas yang membawa nama katolik, kita juga harus melakukan evaluasi apakah nilai-nilai luhur para pendiri masih tetap dipelihara? Gampang ngetesnya kok. Tengok saja kiprah para alumni dan kadernya apakah bisa memelihara nilai-nilai tersebut sampai sekian lama. Kalau sudah begini, pasti semua orang percaya dan tidak kecewa karena telah menemukan yang dicari yang sekaliber ‘suhu’nya.

Marilah kita senantiasa setia untuk semakin serupa dengan Kristus. There is no easy way, siap menyangkal diri dan pikul salib sambil terus memelihara nilai-nilai yang ditinggalkanNya.

====================================================================

Bacaan Mat 17:14-20)

“Ketika Yesus dan murid-murid- Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, katanya: “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid- Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya. ” Maka kata Yesus: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itu pun sembuh seketika itu juga. Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?” Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu

Leave a Reply

Required fields are marked *.