Fiat Voluntas Tua

Mirror, Mirror on the Wall

| 0 comments

“Keluarkanlah dahulu balok dari matamu!”

Setiap hari bahkan setiap saat selesai mandi tentu kita bercermin. Tampak luar kita ‘before’ & ‘after’ bebersih diri harus benar-benar meyakinkan. Masa mandi dan tidak mandi sama saja tampilannya? Pasti ada yang salah. Kita mematut diri dengan apa yang kita pakai, juga dengan memastikan wajah yang sudah segar dan bersih. Tidak ada sisa cabe menyelip di gigi. Paling tidak ada rasa percaya diri saat mematut diri bercermin sebelum pergi bertemu orang lain.

Tapi begitu diluar rumah kadang kita menjadi kebablasan. Ukuran yang kita pakai untuk mematut diri tadi lebih sering kita pakai untuk mematut-matut diri orang lain. Mengapa ya si anu begini dan begitu? Harusnya begini ini yang sering saya lakukan dst dst. Akhirnya kita terbiasa mengukur dan menghakimi apa yang kita lihat dengan ukuran kita sendiri. Orang munafik lebih jago menilai orang lain daripada dirinya sendiri.

Kita lupa bahwa pada dasarnya semua manusia awalnya diciptakan secitra dan segambar dengan Allah. The Image of God. Allah yang maha kasih, yang memelihara dan mempersatukan. Tapi itu kan blue print nya. Berapa sering kita memeriksa diri, sudah sejauh or sedekat apakah citra diri kita dibandingkan ‘image’ akan sifat-sifat utama Allah itu? Bagaimana mengeluarkan balok dari mata kita?

Semakin sering kita bercermin pada sabda Tuhan dan meresapkannya sehigga menjadi ‘daging’ dan menjadi bagian dari kehidupan kita; maka semakin banyak sifat kasih Allah tinggal dan menetap dalam keseharian kehidupan kita. Kalau sudah begini, apa kita bisa jadi ‘muna’?

Maka saya senang kalau setiap saat pesawat akan tinggal landas, pramugari selalu mengatakan ” You must place the mask on your self before assisting others under your care”. Pastikan kita telah melakukan semua persyaratan, memasang perlengkapan bagi keselamatan diri sendiri, sebelum menolong orang lain.

===================================================================

Bacaan :Mat 7:1-5

“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”


Leave a Reply

Required fields are marked *.