Fiat Voluntas Tua

Credit Union Di Kalimantan Barat; Oleh-oleh Perjalanan (Ant. Sumarwan SJ)

| 4 Comments

Teman-teman, setelah kerja keras selama Pekan Suci, para pastor paroki Dekenat Selatan Keuskupan Agung Jakarta, mengadakan liburan bersama ke Kalimatan Barat, mulai hari Selasa (25/3) sampai hari Jumat.. Panitia liburan ini para Romo OFM Capusin dari Paroki Tebet yang berasal dari Kalbar dan pernah tugas di Kalbar. Acaranya padat minta ampun; kebanyakan berupa kunjungan ke karya Gereja di Keuskupan Agung Pontianak, khususnya paroki-paroki dan kompleks persekolahan di Nyarumkop. Kami juga sempat bersilaturahmi dengan Uskup Mgr. Bumbun, Gubernur Cornelis dan Bupati Ngabang, Adrianus.

Para Romo lain pulang hari Jumat siang, saya – sebagai putera kelahiran Kalimantan – memanfaatkan kesempatan ini untuk menengok tempat kelahiran di Sintang dan nyambangi keluarga om yang dulu diajak bapak ke Kalimantan. Karena sejak Januari kemarin saya sedikit tambah kenal Credit Union – saat itu saya mengikuti pelatihan pengurus CU Bererod Gratia di Yogyakarta – kesempatan ini juga saya manfaatkan untuk melihat langsung CU di Kalimantan yang katanya berkembang pesat itu. Kebetulan saya kenal dengan Pak Cale, pengurus CU Pancur Kasih. Dialah yang menjadi mentor dalam pelatihan di Yogyakarta.

Awalnya saya hanya mengenal Pancur Kasih sebagai CU terbesar di Kalimantan Barat, yang juga berarti terbesar di Indonesia. Pada akhir 2007 CU Pancur Kasih (CUPK) beranggota 66.824 orang. Untuk melayani anggota, CUPK membuka 28 Tempat Pelayanan yang tersebar dalam tujuh kabupaten di Kalbar. Tempat pelayanan ini didukung oleh 182 orang pegawai CU yang digaji secara layak. Pada akhir Februari tahun ini aset CUPK mencapai Rp 527,4 milyar dengan pinjaman yang dikucurkan sebesar Rp 451 milyar dan SHU untuk bulan bersangkutan ini Rp 220 juta.

Ketika tiba di kompleks Kantor Pusat CUPK di Siantan, Pontianak, tahulah saya bahwa CUPK hanyalah salah satu unit kegiatan dalam Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih (YKSPK). YKSPK sendiri didirikan pada 1981 oleh para intelektual Dayak, di antaranya A.R. Mecer dan Maran Marcel. Para awam ini prihatin akan kondisi orang Dayak yang miskin dan diejek bodoh. Melalui YKSPK ini mereka ingin memajukan orang Dayak.

Program pertama yang dilakukan adalah mendirikan SMP dan SMA Fransiskus Asisi di Pontianak pada 1981. CU Pancur Kasih sendiri muncul dari lingkungan sekolah ini dan baru resmi berdiri pada 1987. Awalnya CUPK dimaksudkan sebagai sarana bagi keluarga-keluarga dalam lingkungan YKSPK untuk saling menolong dalam mengatasi kesulitan ekonomi rumah tangga. Kemudian ternyata CUPK berkembang pesat dan menjadi jantung sekaligus darah bagi unit-unit kegiatan lain dalam YKSPK.

Ada empat unit program di YKSPK yang masing-masing menggarap persoalan lingkungan, sosial, ekonomi dan pendidikan. Misi YKSPK adalah memberdayakan komunitas Dayak melalui pembangunan kesadaran kritis, penguatan sosial, pengembangan ekonomi rakyat dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Program unggulannya adalah Program Pemetaan Wilayah dengan melibatkan masyarakat adat. Peta yang telah dibuat amat berguna untuk memastikan aset yang dimiliki warga, berapa luas hutan yang masih terawat berapa yang rusak. Ketika mereka bernegosiasi dengan pemerintah dan investor, khususnya berkaitan dengan lahan, peta ini menjadi piranti utama. Bersamaan dengan pembuatan peta, biasanya dilakukan juga pendataan budaya adat menggunakan metode sejarah lisan. Program lainnya adalah Program Pemberdayaan Sistem Hutan Komunitas dan Program pengelolaan hutan berkelanjutan.

Sebagai Program Penguatan Sosial, dilakukan pengumpulan Dana Solidaritas (DS), Solidaritas Kesehatan (Solkes – semacam asuransi kesehatan) dan asrama.

Program Pendidikan Kritis dan Pelatihan. Setelah membuka sekolah formal SMP dan SMA St. Fransiskus Assisi di Pontianak, YKSPK turut membantu berdirinya beberapa sekolah di pedalaman. Setelah berjalan cukup baik, pengelolaan sekolah ini diserahkan pada Gereja setempat. Selain sekolah, ada juga program Pendidikan Kritis dan Beasiswa bagi Mahasiswa dan program kursus, seminar dan workshop untuk masyarakat.

Program Pemberdayaan Ekonomi Kerakyat. Untuk program pemberdayaan ekonomi kerakyatan ini, yang paling terkenal tentu saja CU Pancur Kasih seperti yang sudah saya sebutkan di bagian awal. Namun YKSPK tidak ingin CUPK berkembang sendiri, maka dibentuklah unit Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan (PEK) yang tugas utamanya mengembangkan CU di Kalimatan. PEK telah memfasilitasi berdirinya 18 CU, 2 CU di antaranya kemudian bergabung dengan CUPK, sementara 16 CU lain berkembang sebagai CU mandiri. Salah satu yang berkembang pesat adalah CU Keling Kumang (berdiri 1993, anggota 25.424 orang, aset Rp 114 milyar – data Maret 2007). Selain mendirikan CUPK dan mengembangkan CU di Kalbar, YKSPK juga mendirikan Badan Perkreditan Rakyat (BPK) Pancur Kasih (1992) di Sungai Pinyuh dan mengelola percetakan Mitra Kasih.

Begitulah, ternyata Pancur Kasih mempunyai banyak program. Dan menurut rasa saya, semangat Credit Union – pendidikan, swadaya, solidaritas – menjiwai semua kegiatan itu dan semua kegiatan lain tidak terpisahkan dari CUPK. Program awal PEK tidak lain adalah membantu masyarakat mendirikan dan mengembangkan CU.

Dalam Program Pendidikan Kritis dan Beasiswa, semangat CU juga muncul. Program ini bukanlah beasiswa biasa. Pada dasarnya ini adalah semacam arisan para orangtua yang bersama-sama ingin sejak awal bersiap dalam pembiayaan kuliah anaknya. Untuk menjadi anggota program ini, orangtua mengumpulkan iuran. Mereka yang masuk pada tahun 2003 hanya iuran antara Rp 850.000, tapi yang masuk tahun 2008 Rp 1,5 juta. Anggota dapat mengajukan beasiswa paling cepat setelah 5 tahun mendaftar dan setelah anaknya diterima di perguruan tinggi. Beasiswa diberikan setiap bulan selama anak kuliah (maksimal 5 tahun). Besarnya beasiswa tergatung jumlah penerima dan suku bunga pada tahun yang bersangkutan.

Untuk tahun ini anggota menerima Rp 180.000/bulan. Kalau dikalikan 4 tahun saja, berarti anggota menerima Rp 8.640.000. Banyak sekali! Iuran Rp 1,5 juta kok mendapat Rp 8,64 juta. Bagaimana mungkin? Bisa demikian, karena uang yang terkumpul diinvestasikan di CUPK yang bisa memberikan bunga simpanan 15% per tahun. Di sinilah tampak jelas kerjasama unit Pendidikan Kritis dan CUPK. Hingga sekarang program ini diikuti oleh 3.315 anggota. Pada April 2008 ini, 303 orang sudah selesai kuliah. Selain memberikan beasiswa, mahasiswa peserta juga memperoleh aneka pelatihan dan pendidikan kritis.

Dengan CUPK yang memiliki anggota 66.824 orang yang terus dididik dan didampingi, YKSPK sungguh berakar dalam masyarakat. Secara politis, kelompok ini punya bargaining power tersendiri. Sebagian besar anggota CUPK adalah para petani. Kepada mereka dan bersama merekalah program pengelolaan hutan dan sumber daya alam dilakukan. Sebagai bagian dari upaya menyelamatkan lingkungan, CUPK menganjurkan anggotanya tidak menanam kelapa sawit yang memang nyata merusak ekosistem. Anjuran ini bahkan dipertegas dengan memutuskan bahwa CUPK tidak memberikan kredit untuk menanam kelapa sawit. Jadi, lewat CUPK seruan-seruan penyelamatan lingkungan lebih didengarkan oleh petani.

Itulah kerja keras para awam di YKSPK yang membuat saya terkagum-kagum. Saya menduga semua itu berkembang pesat karena YKSPK ditopang oleh CU, di mana kelompok menengah ke bawah sungguh dicerahkan secara intelektual, dibela dalam perkara hukum dan diberdayakan secara ekonomi. Menyeluruhnya program dan keterkaitan erat satu sama lain dengan tekanan swadaya masyarakat kecil, inilah yang membuat YPKSPK menarik sebagai sebuah gerakan

Keberhasilan YKSPK dan CUPK semakin tampak kalau ditempatkan dalam perkembangan CU di BK3DK (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah Kalimantan). Pada Oktober 2007 BK3DK mengkoordinir 49 CU primer dengan total angota 388.381 orang dan total aset 2, 084 trilyun. Beberapa CU ini berada di luar Kalimantan (Papua, Sulawesi, dan Jakarta (CU Bererod Gratia)).

Waktu di Kalimantan ini saya juga sempat mampir di Nanga Pihoh, tempat Pak Lik saya tinggal. Di Kota yang tidak lebih besar dari Dlanggu ini terdapat Tempat Pelayanan 4 CU berbeda (CU Agape, CU Keling Kumang, CU Lantang Tipo dan CU Puyang Gana). Mungkin masih ada CU Bima namun tidak sempat saya kunjungi. Tersebar dan berkembangnya CU di Kalimantan saya kira tidak lepas dari jasa PEK Pancur Kasih ini.

Yang juga menarik, ketika memasuki setiap tempat pelayanan CU, saya menemukan foto Romo Karl Albrech Karim Arbi terpampang dalam figura rapi. Senang melihat karya yang dirintis rekan Yesuit ini menghasilkan banyak buah. Ya, setiapkali sejarah CU di Indonesia dipaparkan, nama Romo Albrech selalu disebut.

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih lanjut perkembangan CU, silahkan baca Kalimantan Review (KR – www.kalimantanrevie w.com). Majalah ini diterbitkan Institut Dayakologi yang punya kaitan erat juga dengan YPKSP. KR adalah semacam Tempo-nya Kalimantan Barat dengan tekanan pada soal pemberdayaan masyarakat berikut catatan kritis terhadap kebijakan pemerintahan dan sepak terjang pemodal dalam memanfaatkan kekayaan alam dan hutang di Kalimantan Barat. KR mempunyai 20 halaman khusus berjudul “Pancur CU”. Isinya seluk-beluk perkembangan dan persoalan CU dan kisah bagaimana orang terbantu hidupnya dengan menjadi anggota CU. Ada juga karangan tentang bagaimana CU mesti dikelola sehingga berkembang baik.

Ya, untuk beberapa orang CU mungkin bukan barang baru. Di tempat saya dibesarkan, di Desa Tengklik Paroki Jumapolo juga sudah ada CU sejak saya masih SMP dulu. Sekarang anggotanya sudah 1.000 orang lebih dengan aset Rp 1 milyar lebih. Ini saja sudah membuat saya kagum, “Atase wong ndeso kok bisa mengumpulkan uang sebanyak itu.”

Tapi, ternyata ada yang lebih mengagumkan lagi di Kalimantan di mana CU dikelola secara serius dan modern. Di Kalimantan CU sudah mulai menyaingi BRI. Lewat CU para orangtua di pedalaman dapat dengan cepat mengirim uang kepada anaknya yang kuliah di Pontianak. CU Keling Kumang, yang sudah punya kantor pusat megah dan mobil pelayanan keliling, tahun depan berencana menyediakan ATM bagi anggota. CU dengan ATM? Rasanya tidak kebayang. Tapi ini bukan hal aneh di Korea atau Kanada.

Keberhasilan CU Kalimantan ingin ditiru oleh CU Bererod Gratia (CUBG) di Jakarta. CUBG didirikan di lingkungan karyawan KWI pada Mei 2006. Dengan misi mensejahterakan anggota melalui pendidikan dan penyadaran melawan perilaku konsumptif, menumbuh kembangkan budaya investasi, mentalitas wirausaha dan pelayanan keuangan yang unggul dan profesional, CUBG yang berkantor pusat di KWI Cikini, kini sudah mempunyai tempat pelayanan di Tangerang (kalangan buruh), Paroki Tanjung Priok, Seruni (Pondok Kelapa), Paroki Bintaro, Paroki St. Anna Duren Sawit, kantor kas bantu di Kampung Sawah dan pangkalan kolektor di Paroki Blok Q, Warakas, Bekasi dan Paroki Wedi, Jawa Tengah. Sedang ada usaha membuka pelayanan di Salatiga.

Keinginan untuk menjadi besar dan ekspansi luas inilah yang membedakan CUBG dari CU-CU lain di Jawa yang pada umumnya ingin tetap kecil saja. Hingga akhir 2007, CUBG telah beranggotakan 1.888 orang dan berhasil mengumpulkan dana Rp 14 milyar. Dari dana yang terkumpul itu, Rp 12,23 milyar telah dimanfaatkan anggota dengan perincian Rp 2,045 milyar untuk pinjaman kapitalisasi, Rp milyar 4,437 untuk pinjaman komsumtif dan 5,749 milyar untuk pinjaman produktif.

Perkenalan saya dengan CU di Kalimantan tidak lepas dari keterlibatan saya di CUBG ini. Bulan lalu saya menjadi anggota dan ingin terus mempromosikan CUBG sebagai saranana memberdayakan warga miskin. Bulan ini karyawan Paroki Blok Q disarankan dan dibantu untuk menjadi anggota CUBG. Dengan menjadi anggota CUBG mereka memang dapat memperoleh pinjaman, tapi yang lebih utama mereka diajari dan dibujuk untuk mempersiapkan hari depan. Kalau tidak salah, beberapa karyawan STF Driarkara juga sudah menjadi anggota CUBG.

Seperti CU Kalimantan, salah satu produk CUBG yaitu Tabungan Megapolitan, menawarkan bunya 15% per tahun. Bank mana yang menawarkan bunga sebesar ini? Selain itu, setiap anggota juga secara otomatis diasuransikan jiwanya tanpa harus membayar premi. Anggota yang meninggal berhak atas santunan sebesar jumlah tambungan mereka (maksimal Rp 25 juta); kalau masih punya pinjaman, pinjaman diputihkan.

Teman-teman, sekian dulu cerita dari saya. Moga-moga ada yang tertarik untuk tahu lebih banyak tentang CU dan berminat mengembangkannya. CUBG. Apakah ada yang berminat menjadi anggota CUBG? Boleh datang ke Kantor Pusat CUBG, Jl. Cikini II No 10 (KWI) atau telpon ke nomor 021-31922082. Boleh juga tanya kepada saya.

Salam

Sumarwan, SJ

4 Comments

  1. Salam kenal,

    saya salah satu anggotya CU pancur kasih pontianak, TP Siantan, saya bergabung sejak tahun 2002, menurut kasat mata saya sekarang CU PK sudah agak menurun pelayanannya, mengenai waktu mereka sekarang terkesan sedikit tidak menghargai waktu karena tidak cepat dalam hal pelayanan. dan juga orang-orang yang di bagian kredit dan kasir tidak ramah ketika kita mengajukan pertanyaan, saya sangat tidak suka dengan salah satu staff yang berinisial “M”. dia selalu memasang muka cemberut dan judes. tolong ya dididik lagi…karena kalau pelayanannya tidak baik tentu saja para anggota juga terkesan malas dan tidak nyaman. bahkan saya berkeinginan untuk menarik tabungan saya. pindah ke CU lain.

    terima kasih,
    Sri

  2. Hai Mo,

    Cepat benar Cu yang di Paroki Blok Q berkembang….Kapan dolan ke Pangkalpinang. Di Keuskupan ini juga sedang getol menggerakkan Cu
    Ayo dolan ke wilayah ini…apa perlu saya ngomong sama Provinsial….

    mo iwan/

  3. salam kenal,
    terima kasih atas apresiasi yang baik terhadap credit union yang ada di kalimantan sebagai aktivis credit union saya merasa bangga dengan apa yang telah dicapai oleh credit union dimana kita semua bisa dipersatukan dalam sebuah tujuan yang mulia, tetapi perkembangan credit union itu sendiri bukannya tanpa hambatan, diawal perkembangannya banyak sekali masyarakat yang meremehkan dan pesimis terhadap perkembangan credit union . Penghargaan yang sangat tinggi layak diberikan kepada Bpk. Drs. AR Mecer dkk dimana karena kegigihan mereka yang tidak kenal menyerahlah maka perlahan tetapi pasti credit union sudah bisa membuktikan diri bahwa inilah lembaga keuangan yang layak bagi masyarakat, sebagai generasi muda saya merasa bangga dan banyak sekali mendapatkan pelajaran berharga selama bergabung dengan credit union hal yang menarik adalah kita merasa menjadi sebuah keluarga besar dimana perbedaan agama, suku, budaya, bahasa dll bukan menjadi permasalahan, kita diajarkan untuk bukan semata-mata mengutamakan sisi finansialnya saja tetapi lebih dari itu iman, pola pikir, kerja keras, solidaritas dan kesederhanaan merupakan penopang utama didalam membentuk manusia seutuhnya. Ada hal yang menarik ketika belum lama ini cu kami mendapatkan kunjungan dari rekan-rekan di keuskupan pangkal pinang dan kepulauan riau ketika akhir perpisahan salah seorang dari peserta tersebut mengatakan bahwa CU kami adalah “Istana Sandal Japit” (bukan dalam maksud menghina) itu dikarenakan kebanyakan anggota pada cu kami mayoritasnya dari pedesaan dan pinggiran kota yang apabila menyetor menggunakan sandal japit dan pakaian seadanya dan anehnya bagi kami para staff dan pengurus sama sekali tidak merasa janggal dengan komentar tersebut, malahan kami merasa bangga karena tujuan kami sebagai staf maupun pengurus selama ini untuk meningkatkan kesadaran dan pembinaan kepada masyarakat dapat diterima dengan baik karena kurang lebih 60% dari anggota kami mayoritas di pedesaan/pedalaman, sekedar untuk diketahui dari sejak berdiri (15/10/2001) sampai sekarang aset di CU tempat saya bekerja sudah memiliki aset kurang lebih 75M dengan rata-rata pertumbuhan aset 2M perbulan. hal ini bisa terlaksana karena anggota, manajemen, pengurus beserta jajarannya yang tidak pernah berhenti didalam memberikan bimbingan dan penyadaran. kepada bapak saya harap semoga CU BG bisa berkembang lebih pesat dimasa yang akan datang. dan kepada teman-teman di Batam dan pangkal pinang kami tunggu kedatangan anda lagi untuk berkunjung ketempat kami dan semoga CU-nya semakin JAYA. Trims salam kenal dari kami tuk rekan-rekan di CU BG. Adios

Leave a Reply

Required fields are marked *.