Fiat Voluntas Tua

Minggu Kerahiman Ilahi: Yesus, Engkaulah andalanku

| 1 Comment

Tanggal 30 Maret 2008 ini seluruh liturgi Gereja Katolik dirayakan sebagai hari minggu kerahiman Ilahi. Apa dan bagaimana kerahiman Ilahi itu? Berikut ulasannya: Buku Catatan Harian St Faustina memuat setidak-tidaknya empatbelas bagian di mana Tuhan kita meminta suatu “Pesta Kerahiman Ilahi” ditetapkan secara resmi dalam Gereja.

“Pesta ini muncul dari lubuk kerahiman-Ku yang terdalam, dan diperteguh oleh kedalaman belas kasih-Ku yang paling lemah lembut (420)…. Adalah kehendak-Ku agar pesta ini dirayakan dengan khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah.… Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku (699)”

Tergerak oleh permenungan akan Allah sebagai Bapa yang Maharahim, maka Bapa Suci Yohanes Paulus II menghendaki agar sejak saat ditetapkannya, Minggu Paskah II secara resmi dirayakan sebagai Minggu Kerahiman Ilahi oleh segenap Gereja semesta. Hal ini dimaklumkan beliau pada tanggal 30 April 2000, tepat pada hari kanonisasi St Faustina Kowalska.

INDULGENSI KHUSUS PADA MINGGU KERAHIMAN ILAHI
Tuhan kita berjanji untuk menganugerahkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman pada Pesta Kerahiman Ilahi, seperti dicatat sebanyak tiga kali dalam Buku Catatan Harian St Faustina; setiap kali dengan cara yang sedikit berbeda:

“Aku akan menganugerahkan pengampunan penuh kepada jiwa-jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus pada Pesta Kerahiman Ilahi (1109).”

“Jiwa yang menghampiri Sumber Hidup pada hari ini akan dianugerahi pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (300).”

“Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (699).”

Selanjutnya bisa dibaca di http://kerahimanilahi.com/

One Comment

  1. “Satu” jam renungan tentang sengsara-Ku yang pedih lebih bernilai dari pada mendera diri sampai berdarah-darah selama setahun. renungkanlah tentang luka-luka-Ku yang pedih sangat bermanfaat bagimu dan menyukacitakan hati-Ku. (BCH, NO. 369).
    Tidak banyak orang yang merenungkan segsara-Ku secara mendalam. Paling banyak karunia Kuberikan kepada jiwa-jiwa yang dengan sepenuh hati merenungkan sengsara-Ku, (BCH, No. 737)
    …sering-sering renungkanlah derita-Ku yang telah Kutanggung demi dirimu. Maka derita yang engkau tanggung tidak akan nampak besar. Engkau paling paling menyenangkan Aku, bila merenungkan sengsara-Ku yang pedih, supaya bernilai di hadapan Kemuliaan-Ku untuk selama-lamanya, (BCH, No. 1512).

Leave a Reply

Required fields are marked *.