Fiat Voluntas Tua

Sindrom Anak Sulung

| 0 comments

“Bersukacita dan bergembiralah, karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali”
Semalam saat memimpin pertemuan lingkungan untuk membahas Kitab Suci masa Prapaskah, saya memecah menjadi kelompok sharing yang terdiri dari 4-5 orang. Karena kalau disuruh sharing didepan 30-an orang, gak satupun bersuara. Ternyata semua gak malu-malu untuk sharing pengalaman imannya. Ibu-ibu, bapak-bapak dan remaja masing-masing seakan berlomba cerita pengalamannya yang paling menyakitkan. Waktu yang disediakan pun terasa kurang untuk menjawab pertanyaan2 sharing. Enak juga kalau begini, gak usah repot-repot menyiapkan renungan. Kesimpulan yang saya tangkap: adanya konflik, sakit hati terjadi karena perlakuan antar anggota keluarga, pasangan, adik kakak, tetangga, justru bukan dengan orang yang gak kita kenal. Rata-rata kita mengharapkan orang lain/saudara/pasangan kita bertobat dan berubah sementara kita merasa sudah melakukan yang baik.

Perumpamaan ini termasuk yang kita hafal diluar kepala. Dari jadul, jaman dulu, dikenal dengan perumpamaan anak yang hilang, untuk mengajak kita bertobat dan kembali kepada Allah. Beberapa tahun lalu diganti ‘judul’nya menjadi Bapa yang baik, menegaskan sifat Allah yang sesungguhnya. Tapi sebenarnya yang disasar Yesus adalah…….

si sulung, yaitu orang Yahudi khususnya orang Farisi.

Sekian lama tinggal bersama bapanya, si sulung tidak bisa menyukuri kebersamaan itu, bahkan ia merasa tidak perlu bertobat karena semua yang dilakukannya baik. Ia tidak melihat dan tidak bisa menikmati ‘segala kepunyaan bapa yang juga adalah kepunyaannya’ dengan rasa syukur. Akhirnya yang timbul adalah marah, kecewa, iri hati. Sulit untuk bersukacita dan bergembira melihat ada pertobatan disekitarnya. Mungkin yang diharapkan adalah pujian sang bapa, ini anak ku yang baik yang selalu menurut perintah bapa.

Persis seperti orang Farisi, semua diukur dari dirinya sendiri, yang tidak melanggar sepuluh perintah Allah, sehingga ia layak dihadapan Tuhan. Orang-orang yang melanggarnya, tidak layak untuk diterima.

Rasa syukur yang diucapkan, baik dalam doa dan dalam sharing iman, sebenarnya merupakan terapi bagi kita sendiri untuk bisa menikmati kasih dan rahmat Allah sampai hal yang sekecil-kecilnya. Semakin sering dilakukan bisa membantu kita tidak mudah marah, tidak mudah iri hati dan bahkan bisa tetap tersenyum dan tetap menyapa walau sering disakiti orang-orang yang kita cintai ini. Bahkan kita mampu memberikan maaf dan dengan tulus menerima mereka yang bersalah karena kita sadar Bapa kita juga telah mengampuni kita dan menerima kita apa adanya. Inilah vitamin dan obat bagi tumbuhnya dan kembalinya “trust” diantara kita dan orang-orang yang kita cintai, yang Tuhan sudah berikan kepada kita.

======================================================

Bacaan : Lukas 15:1-3,11-32

15:1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
15:2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”
15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:

15:11 Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.
15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.
15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.
15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
15:25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku
15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.