Fiat Voluntas Tua

Ngelunjak ni yeee..

| 0 comments

“Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?”


Beberapa hari lalu saat saya memimpin rapat Dewan Paroki pleno, saya menjelaskan beberapa tugas, kewajiban dan kualifikasi Pengurus Lingkungan dalam Pedoman Dasar Dewan Paroki seKAJ yang akan berlaku Juli 2008. Seorang ketua lingkungan bertanya “Dari tadi dijelaskan panjang lebar tentang tugas pengurus lingkungan, syarat2 dan tanggung jawabnya. Mengapa tidak dijelaskan “hak”nya Ketua Lingkungan apa dan sampai dimana batasnya?” Sepintas lalu dari depan saya menangkap raut muka beberapa peserta rapat, ada yang terkesan tidak suka mendengar pertanyaan ini, ada yang mesem2, ada yang mengernyitkan kening, ada juga yang geleng-geleng sambil tersenyum sinis.
Terus terang dalam hati saya bilang ” Kok berani-beraninya bapak ini tanya “hak”? Kerjanya sebagai ketua lingkungan untuk urusin Kartu2 Keluarga gak beres juga, hampir dua tahun saya gak bosen mintanya. Saya pun gak peduli, apa hak saya sebagai pengurus harian Dewan Paroki. Buat saya itu adalah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk ambil bagian”. Rasanya malam itu ada yang melihat asap mengepul dari kepala saya tuh….. Saya sampai menarik napas dalam-dalam untuk menahan marah (boleh kan? yang penting kata-kata gak keluar :-) Mungkin suasana rapat malam itu mirip dengan perikop ini. Ada yang mempertanyakan apa hak kita setelah sekian lama menjadi pengikut Kristus.

Ada rasa gemes, geram dan kesel banget kalau …

membayangkan saya berada diantara gerombolan murid-murid Yesus saat mendengar permintaan ibu dari anak-anak Zebedeus. Maunya apa nih orang? Emang gak tau siapa Yesus? Enak aja, ujug-ujug minta tempat dikiri-kanan Nya, lha gw dimana dong? kan siang malam gw juga ikutan pelayanan ke desa-desa bareng2 Yesus bertahun-tahun. Emang dia aja yang ninggalin keluarga dan hartabendanya demi Yesus? Gak heran kalau murid2 yang lain pada marah, karena semua juga berebut mau minta jabatan, duduk di kiri dan kanan Yesus bila Ia jadi Raja nanti. Semua naik pitam, begitu tahu ada yang “curi start” booking tempat di seat istimewa itu.

Murid-murid yang masuk ring-1 ini, ribut meminta haknya, sampai lupa apa yang dikatakan Yesus tentang tujuan mereka kembali ke Jerusalem. Semua serombongan harus berhenti melayani orang sakit, orang lumpuh, dan buta, di stop semuanya. Panitya2 dibubarkan, gak terima pendaftaran lagi, gak terima panggilan lagi, gak ada pelayanan lagi. Semua kukut-kukut, gak ada lagi sanjungan, gak ada lagi yang memuja-muja dan mengelu-elukan Yesus, gak ada lagi deh undangan makan-makan di rumah pemungut cukai. Tutup ‘warung’ lah. Tinggalkan comfort zone, cukup sudah dengan fasilitas dan network yang kita nikmati sebagai pengikut Kristus, ada saatnya (sekarang?) kita harus melangkah menerima cawan itu. Cawan yang harus kita minum adalah cawan penderitaan, bukan berisi anggur yang manis, cawan yang menentukan mati hidupnya kita, tetapi juga yang membawa kemenangan, kebahagiaan, keselamatan bagi banyak orang dan akhirnya membawa kemuliaan bagi Tuhan. Tinggalkan semua euphoria pelayanan dan bersiap ke Jerusalem, untuk menjalankan tugas perutusan yang sebenarnya, yang diberikan Bapa untuk menapaki jalan salib menuju Golgota!

Back to Jerusalem ! Mereka diingatkan untuk mempersiapkan diri (fisik, jasmani dan rohani) untuk menyaksikan perlakuan tidak semena-mena bagi Sang Guru, diolok-olok, dihakimi, disiksa, menderita sampai wafat dikayu salib. Tapi kenyataannya? Semua yang pada ribut berebut posisi, saat terjadi penangkapan dan penganiayaan terhadap Sang Guru, tak satupun murid muncul dan membela. Semua yang merasa paling penting dan layak dapat tempat terhormat, ketakutan dan menghilang…tanpa bekas. Yang menyatakan sanggup meminum cawan penderitaan pun gak ketahuan rimbanya. Iman percaya pada Sang Guru yang dibangun dalam 3 tahun, pupus dalam hitungan hari. Kamu tidak tahu apa yang kamu minta… jangan-jangan kita juga berdoa memohon berbagai hal, tanpa kita tahu ada apa dibalik permintaan kita. Jangan-jangan kita nih juga ngelunjak…

Berapa lama kita jadi pengikut Kristus? Sanggupkah kita meminum cawan penderitaan sebagai tanda ketaatan pada Kristus? Marilah kita bersiap-siap menghadapi bersama-sama bila saatnya tiba, jangan lari dari penderitaan, jangan lari dari tanggungjawab, ada resiko yang harus diterima. Kalau karena Kristus, kita gak dapat jabatan, gak dapat proyek, bahkan diputusin pacar (KDL ? keciaan deh lu…) … berani gak ? Berani gak demi Kristus memilih jadi jomblo tapi bahagia, demi Kristus gak dapat promosi jabatan, demi Kristus berani gak aborsi dan menjadi single mother, demi Kristus merelakan anak-anak jadi rohaniwan?

Menjadi saksi Kristus harus siap menyangkal-diri, berani pikul salib mengambil resiko ditolak, disakiti bahkan dikhianati tetapi dengan suka cita terus menerus menceritakan kasih Nya. Soal nanti dapat seat nomor berapa…. Gak penting, so pasti ada lah..

Bacaan : Mat 20:17-28

“Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan:”Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan. ” Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki? ” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.”Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.”Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.